Wali Kota Yogyakarta, Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), berperan sebagai penguji eksternal dalam Sidang Promosi Doktor yang diselenggarakan oleh Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (SPs UNY) pada Selasa, 30 Desember 2025, bertempat di Ruang Aula Gedung Sugeng Mardiyono. Keterlibatan kepala daerah dalam forum akademik ini merefleksikan sinergi strategis antara dunia akademik dan praktik pembangunan berbasis potensi lokal.

Sidang promosi doktor tersebut menguji disertasi Nur Wahyuni, mahasiswa Program Studi S-3 Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, yang mengangkat judul “Praksis Pengembangan Sumber Daya Manusia di Industri Kuliner Berbasis Potensi Lokal: Studi Kasus di Industri Mie Lethek di Kabupaten Bantul.” Disertasi ini menelaah pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal sebagai upaya penguatan daya saing industri kuliner tradisional.

Tim penguji dalam sidang ini terdiri atas Ketua Penguji Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes., AIFO., Sekretaris Penguji Prof. Dr. Siswantoyo, M.Kes., AIFO., Promotor Prof. Dr. Drs. Putu Sudira, M.P., Kopromotor Prof. Dr. Dra. Kokom Komariah, M.Pd., Penguji Utama I Dr. (H.C.) dr. H. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), serta Penguji Utama II Prof. Dr. Mochamad Bruri Triyono, M.Pd.

Dalam sesi pengujian, dr. Hasto Wardoyo menilai bahwa disertasi yang dipresentasikan memiliki landasan substansi yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Beliau menekankan pentingnya diversifikasi sumber pangan lokal, khususnya karbohidrat, yang selama ini masih didominasi oleh komoditas tertentu seperti beras dan jagung.

“Kita sering terdikte hanya pada beberapa sumber karbohidrat. Padahal, dengan kajian akademik seperti ini, potensi lokal—seperti mie lethek—dapat dipromosikan dan dipopulerkan, tidak hanya dari sisi budaya, tetapi juga sebagai penggerak ekonomi,” ungkap Beliau.

Lebih lanjut, beliau juga memberikan catatan kritis terkait pengembangan SDM, khususnya dalam konteks industri kuliner berbasis lokal. Menurutnya, pelatihan SDM harus memiliki korelasi kuat dengan karakter dan motivasi individu.

“Tantangannya adalah bagaimana kita menciptakan SDM yang memiliki keinginan kuat untuk berlatih. Bagaimana menciptakan demand creation dalam pengembangan SDM agar pelatihan benar-benar berdampak,” tambahnya.

Menanggapi hal tersebut, promovenda Nur Wahyuni menjelaskan bahwa salah satu kunci keberhasilan pengembangan SDM adalah dengan menumbuhkan rasa handarbeni, yaitu rasa memiliki terhadap usaha dan produk lokal yang dikembangkan.

Sidang promosi doktor ini juga menyoroti tantangan ke depan dalam menyusun pedoman baku pelatihan pengembangan SDM yang sistematis dan berkelanjutan, hingga mencapai tingkat kompetensi atau proficient. Dengan demikian, hasil penelitian diharapkan tidak hanya berkontribusi pada pengembangan keilmuan, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi penguatan industri lokal dan pembangunan sumber daya manusia. (LS)